Seperti apa sistem drainase di negara maju? Bagaimana jika dibandingkan dengan sistem drainase di Indonesia?
Sistem drainase suatu negara berkaitan dengan bagaimana negara tersebut mengelola air kotor dan air hujan agar dapat mengalir dengan baik (cepat) menuju saluran pembuangan sehingga tidak terjadi genangan.
Setiap negara memiliki cara dan teknologi masing-masing dalam membuat dan mengelola sistem drainase. Kali ini kita akan membahas sistem drainase di negara maju khususnya dari Jepang dan Belanda.
Sistem Drainase di Negara Maju
1. Sistem Drainase di Jepang
Jepang merupakan negara yang terus berinovasi dengan teknologi di semua bidang termasuk drainase. Drainase menjadi perhatian pemerintah Jepang terutama perintah Tokyo karena letak geografis ibukota Jepang ini yang berada di cekungan Nakagawa membuatnya sering dilanda badai. Selain itu Jepang juga mempunyai 15 sungai yang membelah Kota Tokyo. Jika tidak diantisipasi, maka Kota Tokyo dapat dilanda banjir ketika musim hujan karena sungai-sungai tersebut meluap.
Pemerintah Jepang membangun saluran air terbesar dan tercanggih di dunia bernama G-Cans atau yang juga dikenal sebagai Furukawa Under Ground Regulating Reservoir. G-Cans merupakan sistem kanalisasi yang dibangun memanjang searah dengan aliran sungai pada kedalaman 50 meter dibawah tanah.
Cara kerja G-Cans yaitu menyalurkan air banjir dari sungai-sungai yang meluap ke terowongan air berukuran besar. Air tersebut disimpan di tangki raksasa kemudian dipompa keluar ke Sungai Edogawa yang berada di dataran rendah di pinggiran kota Jepang.
Menurut Pemerintah Jepang, setidaknya dua pertiga wilayah Tokyo tidak mengalami banjir sejak adanya sistem drainase tersebut.
2. Sistem drainase di Belanda
Wilayah negara Belanda terletak di bawah permukaan laut, sehingga dapat membuat negara Belanda tenggelam jika air laut naik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Belanda menerapkan sistem polder yang dimulai pada abad ke-11.
Polder adalah suatu cara penanganan banjir/rob dengan kelengkapan sarana fisik pengelolaan tata air yang terdiri dari: sistem drainase kawasan, tanggul keliling kawasan, kolam retensi, pompa dan pintu air. Sistem ini dilakukan dengan mengendalikan volume, debit, muka air, dan tata guna lahan.
Sistem polder berbentuk dataran rendah yang dikelilingi tanggul yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan air buangan seperti air kotor dan air hujan. Kemudian dipompa ke badan air yang posisinya lebih tinggi dan terakhir dipompa ke sungai atau kanal yang bermuara di laut.
Bagaimana dengan sistem drainase di Indonesia?
Bagi negara-negara maju, sangat memungkinkan untuk membangun sistem drainase yang canggih karena tersedianya sumber daya teknologi yang canggih pula. Sedangkan di Indonesia, sistem drainase juga menjadi perhatian pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek drainase yang dilaksanakan. Meskipun tidak secanggih di negara-negara maju, sistem drainase di Indonesia juga telah dapat mengurangi genangan atau banjir.
Sebagai contoh di Kota Surabaya. Sejak 2005, Kota Surabaya giat membangun sistem drainase di beberapa wilayahnya. Surabaya terletak di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Keadaan topografinya berupa daerah yang relatif rendah. Sedangkan keadaan geologinya sebagian besar berupa tanah alluvial yang sulit menyerap air. Hal-hal tersebut membuat Kota Surabaya berpotensi tinggi terjadi genangan air saat musim hujan.
Kemudian untuk mengatasinya, Pemkot Surabaya membangun saluran drainase berkapasitas besar dan sarana prasarana pengendali banjir seperti rumah pompa air dan pintu air. Saluran drainase dibangun dibawah jalan-jalan utama dan jalur pedestrian untuk mempercepat penyerapan air di jalan raya. Dengan adanya sarana dan prasarana drainase tersebut telah dapat mengurangi terjadinya genangan di Kota Surabaya secara signifikan.
Leave a Reply